Mondok, Mau Jadi Apa ?

(Kisah KH. Ma’ruf Khozin)

Saya lulus dari Pondok  langsung ke Surabaya, rumah mertua. Saya tidak punya skill kerja, tidak ada relasi dan tidak ada yang ngajak kerja. Saya bisa nyetir dan mertua punya mikrolet, tiap saya minta jadi sopir selalu dilarang oleh mertua.

H Rokib bilang: “Kalau saya cuma ingin menantu sopir, saya tidak akan mengambil menantu sampeyan”.

Hampir setahun jadi pengangguran. Alhamdulillah diterima ngajar ngaji Iqra’ di Pogot 5 Surabaya, 2004. Setahun berikutnya diterima ngajar di MI Yatabu, Kedinding, Cabang dari Pondok Bahrul Ulum Rangkah.

Relasi kenalan bertambah, ngajar di SMA Triguna, Kiai Tambakderes Kenjeran. Hingga akhirnya bisa mencukupi hajat primer keluarga, berlanjut punya toko dan setelah 15 tahun lebih Allah memberi rezeki yang bisa membantu para santri dan lainnya.

Ada 2 yang seperti menjadi kontradiksi:

1. Mencari Ilmu Agama tidak boleh untuk mencari harta

ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ، ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: «ﻣﻦ ﺗﻌﻠﻢ ﻋﻠﻤﺎ ﻣﻤﺎ ﻳﺒﺘﻐﻰ ﺑﻪ ﻭﺟﻪ اﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻻ ﻳﺘﻌﻠﻤﻪ ﺇﻻ ﻟﻴﺼﻴﺐ ﺑﻪ ﻋﺮﺿﺎ ﻣﻦ اﻟﺪﻧﻴﺎ، ﻟﻢ ﻳﺠﺪ ﻋﺮﻑ اﻟﺠﻨﺔ ﻳﻮﻡ اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ» ﻳﻌﻨﻲ ﺭﻳﺤﻬﺎ

Hadis: “Barang siapa yang mencari ilmu yang seharusnya mengharapkan rida Allah tetapi ia gunakan hanya untuk mendapatkan harta dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga” (HR Ibnu Majah dari Abu Hurairah)

2. Guru saya, KH Nurul Huda Jazuli Ploso, selalu berpesan dari kitab Nahwu:

لا صاحب علم ممقوت

“Orang yang berilmu tidak akan hidup sia-sia”.

Dari ilmu Agama menuju rezeki hanya perlu kesabaran ekstra.

 

Sumber Fb : KH. Ma’ruf Khozin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *